Kamis, 22 September 2011

Puisi yang Menginspirasi

Halooo, udah lama ga ngepost. Hahaha angger ya aku teh, setiap kalimat pembukaan dalam setiap post adalah "udah lama ga ngepost". Aku memang blogger kafir (?). Postingan kali ini, aku mau ngpost tentang puisi-puisi yang aku suka. Dari dulu aku memang suka puisi, tapi aku ga pinter buat puisi. Aku tipe penikmat bukan pencipta #eaea. Oke, langsung saja yaahh. *kibas rambut* *sok-sok Syahrini*

Puisi pertama


Puisi B.J Habibie untuk Almh. Ainun Habibie

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.


Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,


Adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.


Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
Pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.


Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.


Selamat jalan,


Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.


Selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,


Selamat jalan,
calon bidadari surgaku ….

......

Gila. Keren. Banget.
Itu adalah kesan pertama aku waktu baca puisi ini. Juga pas pertama kali aku baca puisi ini, aku tersentuh banget. Puisi ini bener-bener memperlihatkan kecintaan Pak Habibie sama Almarhumah istrinya. Ga ada kata gombal, cuma kata-kata sederhana tapi sarat makna. Perempuan mana coba yang ga bakal tersentuh hatinya kalo dibuatin puisi setulus dan seindah itu....

Siap untuk puisi kedua?

*spotlight kedap-kedip*

This is it!

-----
Puisi kedua

Tentang Seseorang


Ku lari ke hutan kemudian menyanyiku,

Ku lari ke pantai kemudian teriakku
Sepi..sepi dan sendiri aku benci
Ingin bingar aku mau di pasar..
Bosan aku dengan penat
Enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika ku sendiri


Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh


Ada malaikat menyulam jaring labah-labah belang di tembok keraton putih
Kenapa tidak kau goyangkan saja locengnya biar terdera
Atau aku harus lari kehutan
Belok ke pantai..?

Bosan aku dengan penat
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika ku sendiri

........

Wiiizzzz. Kenapa coba aku suka puisi ini? Ada yang tau? Oke, kalo tau acungkan jari nya *jeda 10 detik kaya di Dora* #apasihhan. Puisi ini tuh terkenal banget gara-gara pertama dibacain sama Dian Sastro dalam salah satu adegan film AADC. Puisi ini juga familiar banget dengan kata-kata "pecahkan saja gelasnya biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh". Nah, alasan aku suka puisi ini adalah cara Dian Sastro ngebacainnya tuh natural banget, apalagi kalo didengernya pake backsound lagu Menghitung Hari nya Anda. Langsung galau athomsphere bakalan sekejap tercipta itu mah. Tapi puisi ini emang keren, walaupun jujur aku masih sedikit bingung tentang arti puisi ini secara utuh.

Okay, siap untuk puisi selanjutnya?

*drum roll*

*ambil nafas* *buang nafas*

Ini dia!

-----

Doa Seorang Ayah


Tuhanku,

Bentuklah putraku, menjadi manusia yang cukup kuat
Untuk menyadari manakala ia lemah
Dan cukup berani untuk menghadapi dirinya sendiri manakala ia takut
Manusia yang merasa bangga dan teguh dalam kekalahan,
Rendah serta jujur dalam kemenangan

Bentuklah putraku, menjadi manusia yang kuat dan mengerti
Bahwa mengetahui dan kenal akan dirinya sendiri
Adalah dasar dari ilmu pengetahuan


Tuhanku,
Janganlah putraku Kau bimbing di atas jalan yang mudah dan nyaman
Tapi bimbinglah ia di bawah tempaan dan
Desak kesulitan tantangan hidup
Bimbinglah putraku agar tegak di tengah badai
Dan berbelas kasihan pada mereka yang jatuh


Bentuklah putraku, menjadi manusia yang berhati bening,
Dengan cita meninggi langit
Manusia yang sanggup memimpin dirinya sendiri
Sebelum ia berhasrat memimpin orang lain
Manusia yang menggapai kegemilangan hari depan
Tanpa melupakan masa lampau


Dan setelah semua menjadi miliknya,
Lengkapilah ia dengan rasa humor,
Agar ia besungguh-sungguh tanpa menganggap dirinya terlalu serius


Berikanlah padanya kerendahan hati
Kesederhanaan dari keagungan hatiku
Keterbukaan pikiran bagi sumber kearifan
Dan kelembutan dari kekuatan sebenarnya

Setelah semua tercapai,
Aku ayahnya berani berbisik,
"Hidupku tidaklah sia-sia"

 
Man, did you get merinding ga sih waktu baca puisi ini? Yes I did banget lah. Dan tau ga, yang buat ini adalah Jenderal yang mempunyai strategi 'Katak Loncat' untuk membalas penyerangan Jepang atas Pearl Harbour. Inget pelajaran sejarah kelas 9? Yap, dia adalah Jenderal Douglas McArthur.
Pertama kali aku baca puisi ini kalo ga salah kelas 1 SD. Aku baca puisi ini di agenda nya Bapak, dan aku inget waktu itu bapak bilang, "Nak, kalo setiap sholat bapak berdoa ini buat kamu". Dan waktu aku SD dengan polosnya aku takjub karena bapakku bisa mengfal puisi ini dan mengulangnya 5 kali dalam sehari demi aku. Padahal bukan gitu, maksudnya adalah, setiap intisari doa yang dipanjatkan Bapak isinya kurang lebih kaya puisi itu. Ha -___-. Puisi 'Doa Seorang Ayah' ini bener-bener menginspirasi bukan hanya untuk kaum bapak yang ingin mendoakan anaknya, tapi juga untuk anak-anak agar berusaha menjadi seperti anak yang didoakan dalam puisi itu, yang akhirnya bisa membuat ayahnya berbisik bahwa hidupnya tidaklah sia-sia.


Bahasa itu indah, puisi itu indah, hidup itu......indah? 


Malam, semuanya. :)