Minggu, 24 Juli 2011

Acceptance

Halo.

Halo.

Halo.

Kangen banget nge-blog ih. Udah lama banget nih ga ngepost sesuatu. Bukannya gamau ngeblog, tapi akhir-akhir ini internet di rumah ngehe banget. Dikit-dikit rusak, bentar-bentar ga jalan. Eeeeeh giliran udah bener, mood nge-blognya udah ilang.

Maklum lah. Aku masih remaja whose 50% of my life right now controlled by a crazy little thing called mood. Hehehe.

Ehm. *benerin dasi*

Soooooooo, what have been happening around these months. Ba-nyak-ba-nget. Banget. Dan banyak diantaranya adalah pelajaran kehidupan.

Disini aku bukan mau sok-golden ways, sok Mario Teguh atau sok bijak. But, I just wanna share my story with you and this is what I've been through. 

Akhir-akhir ini hidupku penuh dengan hal yang namanya penerimaan. Menerima.
Kata siapa menerima itu selalu enak? Kalo kamu menerima sesuatu yang ga kamu mau, tapi entah gimana caranya kita harus tetap nerima, apa itu bisa kita sebut enak?
Kalo kamu harus menerima sesuatu yang ga pernah kamu inginkan, sesuatu yang ga pernah terbersit sedikit pun di kepala mu, tapi pada kenyataannya mau ga mau, suka ga suka, rela ga rela, kamu-harus-terima. Apa itu yang disebut enak?

Tau ga? Tau ga? Aku sekarang udah SMA lho. Es-Em-A. Udah ga pake putih biru lagi, tapi pake putih abu-abu. Tau ga aku sekolah dimana? SMAN 1 Bandung. Apa aku pernah mimpi jadi sekolah disana? Ga pernah. 
Dan ini dia, kenyataan yang harus aku terima. Reality I have to accept.

Pahit? Sangat.

Sedih? Pasti.

Marah? Iya, tapi gatau marah ke siapa.

Banyak orang, seminar, buku-buku yang mengatakan kepada kita untuk jangan takut bermimpi. Well, I didn't. Aku gantungin mimpi ku setinggi langit, menembus atmosfer, keluar dari planet biru bernama bumi. Dan tau ga, rasanya jatuh dari luar angkasa, dalam hitungan detik mimpi itu jatuh menghempas tanah.

BUUUK.*

Sakit. 


Sakit, cuy. Sakit banget... Nyeri pisan.

Gimana ga sakit? Aku udah berharap banget masuk SMA 3, ikut ekskul MK3. Dan itu ga kesampaian.
Oke, aku terima. Meski berat. Banget.

Terus aku mulai berharap untuk masuk SMA 2, gabung sama rumah seni di sana, jadi OSIS, jadi anak eksis. Dan itu ga kesampaian karena kata orang tua ku 2 itu kejauhan. Oke, aku terima.

Akhirnya aku daftar 5. Selama beberapa jam, aku udah bisa ngerasaan yang namanya kebahagiaan. Wow nama aku ada di urutan 53 dari 67 and it's been 2pm! Berbagai fantasi membahagiakan pun udah tercipta. Namun beberapa jam kemudian, fantasi itu buyar, kacau. Hancur berantakan ketika nama ku udah pindah ke cluster 2 di urutan 25.

Gusti, segampang itu Engkau membolak-balikan perasaan saya, Gustiiiiiiii :'(. 


Beberapa menit yang lalu aku bahagia. Aku sumringah.
Beberapa menit berikutnya aku patah hati. Aku kecewa. Aku sedih. Aku marah. Aku nangis sejadi-jadinya.

.....

.....


Aku ga mau sekolah di cluster 2. 


Tapi siapalah aku... Aku bukan siapa-siapa. Aku bukan apa-apa.
Dan setelah berminggu-minggu menangis, merenung. Aku sadar bahwa selama ini aku udah sombong. Bukan sombong dalam arti "pamer". Tapi sombong karena aku udah lupa yang namanya takdir. Aku lupa, kalo Tuhan menginginkan suatu kejadian untuk terjadi, tidak peduli seluruh isi langit bersekutu  menggagalkannya, kejadian itu pasti akan terjadi. Sebaliknya, jika Tuhan tidak menginginkannya, tidak peduli seluruh penduduk bumi dan langit melaksanakannya, kejadian itu tidak akan terjadi.

Dan dalam situasi seperti ini, if something happened and you can do anything about it, you can just letting go. 


So now, I'm letting go. I'm letting go of you, my dreams that can only be dreams. I'm letting go the past, which is hurting. 


Bagaimanapun kehidupan harus terus berlanjut walau dalam bentuk apapun. 

Dan sekarang aku pasrah. Aku gatau apa maksud Tuhan, tapi aku harus percaya kalo setelah kesusahan akan selalu ada kemudahan. Tuhan itu sayang hamba-Nya dan ga akan membiarkan hamba-Nya sedih terus-menerus. Aku juga harus percaya, pasti akan ada sesuatu yang lebih indah. Walaupun aku ga bakal tau "sesuatu" itu dalam waktu singkat, tapi Tuhan, aku menunggu.


Bagaimanapun kehidupan harus terus berlanjut walau dalam bentuk apapun. 

Mungkin menerima itu kadang sulit. Tapi, aku harus tau kalo hidup itu ga selamanya mudah.

Dalam hidup ini kita berjalan. Kadang jalan yang kita temui berlubang, licin, lurus, berbelok, menikung, menanjak. Dan kadang kita menemukan jalan kita buntu. Kadang ada 2 jalan yang harus kita pilih satu saja. Kadang kita tersesat dan harus menemukan jalan yang benar agar kita ga selamanya tersesat. Kita gatau apa yang ada di balik belokan jalan yang kita temui. Kita harus jalan dan melihatnya sendiri. Dan dalam perjalanan itu lah pribadi kita terbentuk. 

Aku gatau apa maksud Sang Pencipta yang bersemayan di langit ke-7 itu untuk aku. Walaupun ini bukan jalan yang aku pilih, tapi aku harus terus ngejalanin, karena sekali lagi, bagaimanapun kehidupan harus terus berlanjut walau dalam bentuk apapun. 




Selasa, 05 Juli 2011

.......

I'm sick and tired of people saying this is the best for me, though I know it's probably true. This is not the way I choose but the way chooses me. But, I'm just sick of everything.
 Last nite, I texted this sleepyly to Agum and thought again in the morning, those words really describe what I'm feeling right now.